Rabu, 30 November 2016

Perancangan Alat Pengatur Intensitas Cahaya Lampu Pijar

Andi Hermawan
Perancangan Alat Pengatur Intensitas Cahaya Lampu Pijar

PENDAHULUAN
Pada bagian ini dipaparkan latar belakang, rumusan masalah dan manfaat.

Latar Belakang
Lampu merupakan salah satu komponen penting dalam penerangan didalam maupun diluar ruangan. Lampu memberikan manfaat yang sangat besar khususnya pada malam hari. Teknologi lampu dalam memberikan pencahayaan saat ini telah banyak membantu aktifitas masyarakat melakukan pekerjaan sehari-hari.
Karena peranan lampu sangat penting, banyak industri menciptakan berbagai macam produk dan merek lampu dari yang harga murah sampai yang mahal. Lampu yang sering digunakan saat ini adalah lampu neon dan lampu pijar. Pada lampu neon daya yang dikeluarkan kecil tetapi memberikan intensitas cahaya yang besar, sedangkan lampu pijar intensitas cahaya yang dihasilkan sesuai dengan daya yang dikeluarkan. Selain itu, lampu pijar juga dapat diatur besar kecilnya daya dan intensitas cahayanya dengan mengubah arus yang mengalir pada lampu.
     Dengan paparan diatas penulis ingin membuat alat yang dapat mengatur intensitas cahaya dengan mengubah nilai arusnya. Pembuat ini adalah pengembangan dari rangkaian lampu dimmer yang dapat merubah intensitas cahaya lampu pijar yang dioperasikan secara manual. Pada kesempatan ini penulis akan merancang alat ukur dan pengatur intensitas cahaya. Alat yang dimaksud adalah “ sistem kendali intensitas cahaya untuk lampu pijar.”



Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah makalah ini sebagai berikut.
1)    Apa yang dimaksud pengatur intensitas cahaya?
2)    Bagaimana rancangan alat kendali intensitas cahaya untuk lampu pijar?
3)    Bagaimana prinsip kerja alat kendali intensitas cahaya untuk lampu pijar?

Manfaat
Dengan penulisan makalah itu diharapkan mendapat manfaat.
1.    Mengetahui konsep pengaturan intensitas cahaya
2.    Mengetahui perancangan alat kendali intensitas cahaya untuk lampu pijar
3.    Memahami prinsip kerja alat kendali intensitas cahaya untuk lampu pijar

PEMBAHASAN
            Pada bagaian ini dipaparkan pengertian pengatur intensitas cahaya, rancangan alat kendali intensitas cahaya untuk lampu pijar, dan prinsip kerja alat kendali intensitas cahaya.
Pengertian Pengatur Intensitas Cahaya
            Pengertian pengatur intensitas cahaya adalah suatu pengatur cahaya, kecerahan cahaya yang berasal dari lampu pijar. Pengaturan intensitas cahaya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, pada suatu ruangan biasanya membutuhkan kecerahan dan suhu tertentu. Apabila intensits cahaya dapat diatur maka ruangan yang diterangi dapat memberikan kenyamanan kepada pengguna. Daya yang dibutuhkan menurut SNI (Standart Nasional Indonesia) pada ruangan kantor atau industry adalah 15 watt/m2, sedangkan untuk penerangan rumah daya tidak melebihi 10 watt/m2. Untuk mengetahui berapa lampu yang digunakan pada ruangan, dapat dihitung dengan rumus faktor utilitas ruangan.
Dimana:           N         = Jumlah armature
                        125      = Faktor perencanaan
                        E          = Panjang penerang (Lux)
                        L          = Panjang ruangan (meter)
                        W        = Lebar ruangan (meter)
                                 = Flux cahaya (lumen)
                            = Efisiensi armature (%)
                              = Faktor intensitas cahaya (%)
Intensitas cahaya adalah suatu ukuran energi radiasi yang dipancarkan oleh benda elektronik dan matahari. Jumlah cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya setiap detik disebut flux cahaya dengan satuan lumen. Dengan mengetahui flux cahaya, kita dapat mengatur intesitas penerangan dengan cara luminasi, yaitu ukuran terang atau gelapnya benda. Intensitas cahaya yang sesuai dengan kegunaan ruangan harus dalam perawatan terus-menerus, sehingga ruangan dapat digunakan dengan semaksimal mungkin dengan perencanaan serta perhitungan yang tepat.
Parameter perencanaan untuk perhitungan penerangan ruang di pengaruhi oleh dimensi ruangan, kualitas cahaya, jenis lampu, dan warna ruang. ”Cahaya keluaran dari sebuah luminasi akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia pemakaian karena terjadinya akumulasi debu dan kotoran pada lampu dan filter. Disamping itu, kondisi dekorasi gedung juga bertambah buruk dengan bertambahnya waktu yang berakibat semakin banyaknya flux cahaya yang diserap oleh dinding dan langit-langit bangunan”(Trevor. 2004 : 173).
Rancangan Alat Kendali Intensitas Cahaya
            Rancangan alat sistem kendali intensitas cahaya ini yaitu dengan mengatur arus (I) yang masuk pada lampu pijar. Arus pada lampu pijar akan mengalir sesuai dengan daya lampu. Dalam mengatur sebuah arus yang mengalir kesuatu beban maka digunakan lampu dimmer. Perancangan lampu dimmer hanya disambung secara seri dengan lampu pijar.
            Lampu dimmer adalah sebuah alat untuk mengukur besar kecilnya arus yang masuk menuju lampu pijar. Komponen yang ada didalam lampu dimmer yaitu potensiometer, TRIAC BT138, DIAC BR100, Resistor 1K, dan Kapasitor. Komponen TRIAC berfungsi untuk mengatur besar tegangan AC yang masuk ke perangkat lampu, sementara DIAC dan Potensiometer berfungsi untuk membias TRIAC sehingga dapat menentukan titik on dan titik off pada komponen TRIAC itu. Lampu dimmer ini hanya cocok untuk dipakai lampu pijar saja, jika menggunakan lampu neon atau TL, dan juga lampu hemat energi, rangkaian ini tidak bisa bekerja secara sempurna. Bahkan, lampu dimmer akan mengalami kerusakan pada rangkaian dimmer tersebut.

Lampu dimmer merupakan alat elektronik yang sering digunakan pada ruangan yang membutuhkan pencahayaan yang khusus. Pemasangan lampu dimmer ini harus sesuai dengan standart pemasangan instalasi. “Peraturan IEE terkait dengan penempatan peralatan listrik yang terpasang pada posisi yang tetap yaitu bahwa material disekeliling atau sekitar peralatan tersebut tidak boleh dalam resiko kerusakan yang diakibatkatkan oleh panas yang muncul”(Brian.2004:54).
Prinsip Kerja Alat Kendali Intensitas Cahaya
                Alat pengendali intensias cahaya lampu ini menggunakan perangkat lampu dimmer. intensitas cahaya pada rangkaian lampu dimmer dengan TRIAC ini dikontrol dengan cara mengatur arus yang diberikan ke lampu melalui TRIAC. Secara teknis pengontrolan intensitas cahaya lampu dilakukan dengan mengatur tuas TRIAC melaluli DIAC dari output pembagi tegangan potensiometer. Semakin tinggi tegangan yang diberikan ke gate TRIAC maka arus yang diberikan ke beban akan semakin besar pula intensitas cahaya.
Intensitas cahaya dapat dikendalikan melalui lampu dimmer dengan mengatur arus yang melalui rangkaian. Lampu dimmer tidak selalu bekerja dengan baik, melainkan harus diperiksa keefektifan dengan menggunakan AVOmeter. Arus listrik sangat berbahaya bagi suatu rangkaian apabila tidak memiliki pengaman arus. “Kondisi arus lebih perlu diproteksi untuk menghindari kerusakan pada konduktor dan peralatan-peralatan dalam suatu rangkaian”(Brian.2004:80).


PENUTUP
Pada bagian ini memaparkan kesimpulan dan saran perancangan alat pengatur intensitas cahaya untuk lampu pijar.
Kesimpulan
            Dari paparan dan penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan makalah “ Perancangan Alat Pengatur Intensitas Cahaya Untuk Lampu Pijar”. Suatu intensitas cahaya dapat diatur dan dikendalikan sehingga pengguna daya pada lampu pijar dapat dikendalikan.
            Dengan menggunakan lampu dimmer, arus yang mengalir menuju lampu pijar dapat diatur sesuai kebutuhan. Lampu dimmer teriri dari atas beberapa komponen yaitu potensiometer, TRIAC BT138, DIAC 100, Resistor 1K dan Kapasitor. Masing-masing komponen yang terdapat pada lampu dimmer memiliki fungsi yang berbeda, terutama TRIAC yang berfungsi untuk mengatur besaran tegangan AC yang masuk ke perangkat lampu. Jadi prinsip kerja alat pengatur intensitas cahaya pada lampu pijar adalah menggunakan lampu dimmer untuk mengatur arus yang mengalir pada lampu pijar.
Saran
            Menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata sempurna. Kedepannya penulis akan lebih fokus dan lebih detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak.



DAFTAR RUJUKAN
Thevor. Rangkaian Listrik Lanjut. Erlangga. 2004
Brian Scaddan. Instalasi Listrik Rumah Tangga. Erlangga. 2004
http://skemarangkaianpcb.com/rangkaian-lampu-dimmer-dengan-triac/  tentang prinsip kerja lampu dimmer untuk lampu pijar. Diakses pada 1 November 2016

Selasa, 29 November 2016

Dasar Komponen Elektronika

Andi Hermawan

Hei Hallo Temen-temen
Temen-temen yang saat ini sedang menekuni bidang Teknik Elektro, kalian harus mengetahui dasar dari teknik elektro, yaitu komponen. Komponen adalah bahan dasar dari rangkaian-rangkaian listrik yang ada. Sehingga temen-temen harus memahami tentang Komponen-komponen dasar teknik elektro.
Berikut adalah pembahasan tentang komponen-komponen teknik elektro
Komponen elektronika adalah elemen terkecil dalam suatu rangkaian listrik. Komponen dibuat dengan fungsi dan karakteristik yang berbeda berdasarkan standart yang telah ditetapkan. Dalam rangkaian elektronika pada umumnya terdiri dari komponen aktif dan komponen pasif. Tipe dan nilai yang melekat pada suatu komponen elektronika memberikan arti jenis dan nilai yang menggambarkan karakteristiknya.
Komponen dasar teknik elektro sebagai berikut.

1. Resistor
Resistor adalah komponen elektronika yang digunakan untuk menghambat aliran listrik yang mengalir dalam suatu rangkain elektronika. Fungsi resistor yaitu sebagai resistif atau penghambat, resistor termasuk salah satu komponen elektronika dalam kategori komponen pasif. Satuan atau nilai resistansi suatu resistor disebut Ohm dan dilambangkan dengan simbol Omega (Ω). Sesuai hukum Ohm bahwa resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Semua nilai resistor sangat penting untuk diketahui oleh perancang rangkaian elektronika karena itu, produsen resistor selalu mencantumkan dalam kemasan resistor tersebut.

Gambar 1 Resistor dengan kode warna

           a.       Kode warna resistor
Cicin warna yang terdapat pada resistor terdiri dari 4, 5 dan 6 ring warna. Dari cicin warna yang terdapat dari suatu resistor tersebut memiliki arti dan nilai dimana nilai resistansi resistor dengan kode warna yaitu :


Gambar 2 Kode warna cincin resistor
  • Resistor dengan 4 cincin warna 
Resistor dengan 4 cincin berarti memiliki nilai cincin ke 1 dan ke 2 merupakan digit angka, cincin warna ke 3 merupakan faktor pengali kemudian cincin kode warna ke 4 menunjukan nilai toleransi resistor.
Contoh :
Tertera warna Merah(2), hijau(5), jingga(x103), emas(5%)
Berarti nilai resistor tersebut adalah sebesar 25000Ω dengan toleransi 5%
  • Resistor dengan 5 cincin kode warna
Maka cincin ke 1, ke 2 dan ke 3 merupakan digit angka, cincin kode warna ke 4 merupakan faktor pengali kemudian cincin kode warna ke 5 menunjukan nilai toleransi resistor.
Contoh :
Tertera warna kuning(4), biru(6), hitam(0), jingga(x103), coklat(1%)
Berarti nilai resistor tersebut adalah sebesar 460000Ω dengan toleransi 1%
  • Resistor dengan 6 cincin warna
Resistor dengan 6 cicin warna pada prinsipnya sama dengan resistor dengan 5 cincin warna dalam menentukan nilai resistansinya. Cincin ke 6 menentukan coefisien temperatur yaitu temperatur maksimum yang diizinkan untuk resistor tersebut.
Contoh :
Tertera warna merah(2), ungu (7), biru(6), hitam(x100), gold(5%), coklat(100ppm)
Berarti nilai resistor tersebut adalah sebesar 276Ω dengan toleransi 5% dan koefisien temperaturnya 100ppm


 2.  Kapasitor
Kapasitor (Condensator) adalah Komponen Elektronika Pasif yang dapat menyimpan muatan listrik dalam sementara waktu dengan satuannya adalah Farad. Satuan Kapasitor tersebut diambil dari nama penemunya yaitu Michael Faraday (1791) yang berasal dari Inggris. Selain farad juga terdapat satuan yang lebih kecil yaitu mikrofarad dan pikofarad.

Gambar 3 simbol dan bentuk kapasitor

Jenis-jenis kapasitor yaitu
  • Kapasitor keramik
Kapasitor Keramik adalah Kapasitor yang Isolatornya terbuat dari Keramik dan berbentuk bulat tipis ataupun persegi empat. Kapasitor Keramik tidak memiliki arah atau polaritas, jadi dapat dipasang bolak-balik dalam rangkaian Elektronika. Pada umumnya, Nilai Kapasitor Keramik berkisar antara 1pf sampai 0.01µF
  • Kapasitor polyester
Kapasitor Polyester adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Polyester dengan bentuk persegi empat. Kapasitor Polyester dapat dipasang terbalik dalam rangkaian Elektronika (tidak memiliki polaritas arah)
  • Kapasitor kertas
Kapasitor Kertas adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Kertas dan pada umumnya nilai kapasitor kertas berkisar diantara 300pf sampai 4µF. Kapasitor Kertas tidak memiliki polaritas arah atau dapat dipasang bolak balik dalam Rangkaian Elektronika
  • Kapasitor mika
Kapasitor Mika adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari bahan Mika. Nilai Kapasitor Mika pada umumnya berkisar antara 50pF sampai 0.02µF. Kapasitor Mika juga dapat dipasang bolak balik karena tidak memiliki polaritas arah
  • Kapasitor elektrolit
Kapasitor Elektrolit adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari Elektrolit (Electrolyte) dan berbentuk Tabung / Silinder. Kapasitor Elektrolit atau disingkat dengan ELCO ini sering dipakai pada Rangkaian Elektronika yang memerlukan Kapasintasi (Capacitance) yang tinggi. Kapasitor Elektrolit yang memiliki Polaritas arah Positif (-) dan Negatif (-) ini menggunakan bahan Aluminium sebagai pembungkus dan sekaligus sebagai terminal Negatif-nya.
  • Kapasitor tantalum
Kapasitor Tantalum juga memiliki Polaritas arah Positif (+) dan Negatif (-) seperti halnya Kapasitor Elektrolit dan bahan Isolatornya juga berasal dari Elektrolit. Disebut dengan Kapasitor Tantalum karena Kapasitor jenis ini memakai bahan Logam Tantalum sebagai Terminal Anodanya (+). Kapasitor Tantalum dapat beroperasi pada suhu yang lebih tinggi dibanding dengan tipe Kapasitor Elektrolit lainnya dan juga memiliki kapasintansi yang besar tetapi dapat dikemas dalam ukuran yang lebih kecil .

3.  Dioda
Dioda adalah komponen aktif yang memiliki dua kutub dan bersifat semikonduktor. Dioda dapat dialiri arus listrik ke satu arah dan menghambat arus dari arah sebaliknya. Dioda berasal dari pendekatan kata dua elektroda yaitu anoda dan katoda. Dioda semikonduktor hanya melewatkan arus searah saja (forward), sehingga banyak digunakan sebagai komponen penyearah arus. Secara sederhana sebuah dioda bisa kita asumsikan sebuah katup, dimana katup tersebut akan terbuka manakala air yang mengalir dari belakang katup menuju kedepan, sedangkan katup akan menutup oleh dorongan aliran air dari depan katup.

Fungsi Dioda

  • Sebagai penyearah, untuk dioda bridge
  • Sebagai penstabil tegangan (voltage regulator), untuk dioda zener
  • Pengaman / sekering
  • Sebagai rangkaian clipper, yaitu untuk memangkas / membuang level sinyal yang ada di atas atau di bawah level tegangan tertentu.
  • Sebagai rangkaian clamper, yaitu untuk menambahkan komponen DC kepada suatu sinyal AC
  • Sebagai pengganda tegangan.
  • Sebagai indikator, untuk LED (light emiting diode)
  • Sebagai sensor panas, contoh aplikasi pada rangkaian power amplifier
  • Sebagai sensor cahaya, untuk dioda photo
  • Sebagai rangkaian VCO (voltage controlled oscilator), untuk dioda varactor

Jenis-jenis dioda

  • Dioda standart
Dioda jenis ini ada dua macam yaitu silikon dan germanium. Dioda silikon mempunyai tegangan maju 0.6 V sedangkan dioda germanium 0.3 V. Dioda jenis ini mempunyai beberapa batasan tertentu tergantung spesifikasi. Batasan batasan itu seperti batasan tegangan reverse, frekuensi, arus, dan suhu. Tegangan maju dari dioda akan turun 0.025 V setiap kenaikan 1 derajat dari suhu normal
  • Dioda LED
Dioda jenis ini mempunyai lapisan fosfor yang bisa memancarkan cahaya saat diberi polaritas pada kedua kutubnya. LED mempunyai batasan arus maksimal yang mengalir melaluinya. Diatas nilai tersebut dipastikan umur led tidak lama. Jenis led ditentukan oleh cahaya yang dipancarkan. Seperti led merah, hijau, biru, kuning, oranye, infra merah dan laser diode
  • Dioda zener
Fungsi dari dioda zener adalah sebagai penstabil tegangan. Selain itu dioda zener juga dapat dipakai sebagai pembatas tegangan pada level tertentu untuk keamanan rangkaian. Karena kemampuan arusnya yang kecil maka pada penggunaan dioda zener sebagai penstabil tegangan untuk arus besar diperlukan sebuah buffer arus. Dioda zener dibias mundur (reverse)
  • Photo dioda
Dioda photo merupakan jenis komponen peka cahaya. Dioda ini akan menghantar jika ada cahaya yang mauk dengan intensitas tertentu. aplikasi dioda photo banyak pada sistem sensor cahaya (optical). Contoh : pada optocoupler dan optical pick-up pada sistem CD
  • Dioda varactor
Kelebihan dari dioda ini adalah mampu menghasilkan nilai kapasitansi tertentu sesuai dengan besar tegangan yang diberikan kepadanya. Dengan dioda ini maka sistem penalaan digital pada sistem transmisi frekuensi tinggi mengalami kemajuan pesat, seperti pada radio dan televisi.


Begitulah sedikit bahasan Seputar Dunia Elektro tentang komponen dasar elektro. Eeeiittzzz jangan puas dulu, masih banyak komponen-komponen yang harus temen-temen ketahui .
Sekian Bahasan kali ini . Terima Kasih. Jangan Lupa Senyum ^_^

Sumber Lain :
  1. Universitas Negeri Malang
  2. Teknik Elektro Universitas Negeri Malang




Senin, 28 November 2016

Makalah Sensor Ultrasonik

Andi Hermawan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pemanfaatan teknologi saat ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari teknologi yang paling kecil sampai pada yang sangat canggih. Saat ini ada beberapa alat-alat elektronik yang mulai berkembang untuk membantu kegiatan manusia sehari-hari. Mulai dari peralatan hiburan sampai pada peralatan yang dapat mengganti tugas manusia untuk bekerja.
Teknologi saat ini sangat berkembang pesat. Berbagai macam alat elektronik telah dibuat oleh manusia dengan fungsinya masing-masing. Dengan sebuah system kerja tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya. Salah satu perangkat yang paling penting dalam sebuah alat elektronik  adalah sebuah sensor yang dapat mendeteksi kejadian atau situasi yang ada di sekelilingnya. Mulai dari sensor suara, sensor api, dan sensor jarak.
Dalam makalah ini kami akan membahas sebuah sensor yang digunakan di sebuah alat elektronik seperti robot dengan menggunakan sensor jarak, dalam hal ini kami memilih untuk membahas sebuah sensor ultrasonic.
Sensor ultrasonik adalah sensor yang memanfaatkan prinsip gelombang ultrasonik. Gelombang ultrasonik merupakan gelombang akustik yang memiliki frekuensi mulai 20 kHz hingga sekitar 20 MHz (Arief, 2011). Sensor ultrasonik biasanya digunakan untuk mengukur jarak suatu benda yang berada di hadapan sensor tersebut. Adapun beberapa aplikasi dari sensor tersebut adalah sebagai pengukur level ketinggian dan volume air (Arief, 2011; Saleh, dkk. 2013), detektor jarak (Prawiroredjo & Asteria, 2008), pengukur tinggi badan (Salam & Yohannes, 2011), otomatisasi keran dispenser (Danel & Wildian, 2012), sistem navigasi mobile robot (Nurmaini & Zarkasih, 2009), dan 3D scanner (Fenster, dkk. 2013; Nelson, 2006).
Untuk mengukur jarak dari suatu titik ke titik lainnya dapat digunakan mistar atau meteran. Dengan menggunakan mistar atau meteran, maka dapat ditentukan jarak antara satu titik ke titik lainnya. Namun untuk beberapa kasus, misalnya pada penyandang tuna netra hal pengukuran jarak tidak dapat dilakukannya karena si penyandang tidak dapat melihat.


BAB II
PEMBAHASAN
1.1.  Pengertian Sensor Ultrasonik
Sensor ultrasonik adalah sensor yang bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara dan digunakan untuk mendeteksi keberadaan suatu objek tertentu di depannya, frekuensi kerjanya pada daerah diatas gelombang suara dari 40 KHz hingga 400 KHz.
Sensor ultrasonik terdiri dari dari dua unit, yaitu unit pemancar dan unit penerima. Struktur unit pemancar dan penerima sangatlah sederhana, sebuah kristal piezoelectric dihubungkan dengan mekanik jangkar dan hanya dihubungkan dengan diafragma penggetar. Tegangan bolak-balik yang memiliki frekuensi kerja 40 KHz – 400 KHz diberikan pada plat logam. Struktur atom dari kristal piezoelectric akan berkontraksi (mengikat), mengembang atau menyusut terhadap polaritas tegangan yang diberikan, dan ini disebut dengan efek piezoelectric.
Kontraksi yang terjadi diteruskan ke diafragma penggetar sehingga terjadi gelombang ultrasonik yang dipancarkan ke udara (tempat sekitarnya), dan pantulan gelombang ultrasonik akan terjadi bila ada objek tertentu, dan pantulan gelombang ultrasonik akan diterima kembali oleh oleh unit sensor penerima. Selanjutnya unit sensor penerima akan menyebabkan diafragma penggetar akan bergetar dan efek piezoelectric menghasilkan sebuah tegangan bolak-balik dengan frekuensi yang sama.

Ada beberapa penjelasan mengenai gelombang ultrasonic. Sifat dari gelombang ultrasonik yang melalui medium menyebabkan getaran partikel dengan medium aplitudo sama dengan arah rambat longitudinal sehingga menghasilkan partikel medium yang membentuk suatu rapatan atau biasa disebut Strain dan tegangan yang biasa disebut Strees. Proses lanjut yang menyebabkan terjadinya rapatan dan regangan di dalam medium disebabkan oleh getaran partikel secara periodic selama gelombang ultrasonic lainya. Gelombang ultrasonic merambat melalui udara dengan kecepatan 344 meter per detik, mengenai obyek dan memantul kembali ke sensor ultrasonik. Seperti yang telah umum diketahui, gelombang ultrasonik hanya bisa didengar oleh makhluk tertentu seperti kelelawar dan ikan paus. Kelelawar menggunakan gelombang ultrasonic untuk berburu di malam hari sementara paus menggunakanya untuk berenang di kedalaman laut yang gelap.
Bagian-bagian dari Sensor Ultrasonik

1.      Pemancar Ultrasonik (Transmitter)
Pemancar Ultrasonik ini berupa rangkaian yang memancarkan sinyal sinusoidal berfrekuensi di atas 20 KHz menggunakan sebuah transducer transmitter ultrasonik


Rangkaian Pemancar Gelombang Ultrasonik

Prinsip kerja dari rangkaian pemancar gelombang ultrasonik tersebut adlah sebagai berikut :
1.    Sinyal 40 kHz dibangkitkan melalui mikrokontroler.
2.    Sinyal tersebut dilewatkan pada sebuah resistor sebesar 3kOhm untuk pengaman ketika sinyal tersebut membias maju rangkaian dioda dan transistor.
3.    Kemudian sinyal tersebut dimasukkan ke rangkaian penguat arus yang merupakan kombinasi dari 2 buah dioda dan 2 buah transistor.
4.    Ketika sinyal dari masukan berlogika tinggi (+5V) maka arus akan melewati dioda D1 (D1 on), kemudian arus tersebut akan membias transistor T1, sehingga arus yang akan mengalir pada kolektotr T1 akan besar sesuai dari penguatan dari transistor.
5.    Ketika sinyal dari masukan berlogika tinggi (0V) maka arus akan melewati dioda D2 (D2 on), kemudian arus tersebut akan membias transistor T2, sehingga arus yang akan mengalir pada kolektotr T2 akan besar sesuai dari penguatan dari transistor.
6.    Resistor R4 dan R6 berfungsi untuk membagi tengangan menjadi 2,5 V. Sehingga pemancar ultrasonik akan menerima tegangan bolak – balik dengan Vpeak-peak adalah 5V (+2,5 V s.d -2,5 V).
2.      Penerima Ultrasonik (Receiver)
Penerima Ultrasonik ini akan menerima sinyal ultrasonik yang dipancarkan oleh pemancar ultrasonik dengan karakteristik frekuensi yang sesuai. Sinyal yang diterima tersebut akan melalui proses filterisasi frekuensi dengan menggunakan rangkaian band pass filter (penyaring pelewat pita), dengan nilai frekuensi yang dilewatkan telah ditentukan. Kemudian sinyal keluarannya akan dikuatkan dan dilewatkan ke rangkaian komparator (pembanding) dengan tegangan referensi ditentukan berdasarkan  tegangan keluaran penguat pada saat jarak antara sensor kendaraan mini dengan sekat/dinding pembatas mencapai jarak minimum untuk berbelok arah. Dapat dianggap keluaran komparator pada kondisi ini adalah high (logika ‘1’) sedangkan jarak yang lebih jauh adalahlow (logika’0’). Logika-logika biner ini kemudian diteruskan ke rangkaian pengendali (mikrokontroler).

Rangkaian Penerima Gelombang Ultrasonik

Prinsip kerja dari rangkaian pemancar gelombang ultrasonik tersebut adalah  sebagai berikut :
1.    Pertama – tama sinyal yang diterima akan dikuatkan terlebih dahulu oleh rangkaian transistor penguat Q2.
2.    Kemudian sinyal tersebut akan di filter menggunakan High pass filter pada frekuensi > 40kHz oleh rangkaian transistor Q1.
3.    Setelah sinyal tersebut dikuatkan dan di filter, kemudian sinyal tersebut akan disearahkan oleh rangkaian dioda D1 dan D2.
4.    Kemudian sinyal tersebut melalui rangkaian filter low pass filter pada frekuensi < 40kHz melalui rangkaian filter C4 dan R4.
5.    Setelah itu sinyal akan melalui komparator Op-Amp pada U3.
Jadi ketika ada sinyal ultrasonik yang masuk ke rangkaian, maka pada komparator akan mengeluarkan logika rendah (0V) yang kemudian akan diproses oleh mikrokontroler untuk menghitung jaraknya.

1.2.  Macam-macam Sensor Ultrasonik
Terdapat 2 jenis sensor ultraonik yang beredar di pasaran yaitu :
1.      Sensor ultrasonik ping ( parallax )
2.      Sensor ultrsonik defantech ( SRF 04 ranger )

A.      Sensor Jarak Ultrasonik Ping
Sensor jarak ultrasonik ping adalah sensor 40 khz produksi parallax yang banyak digunakan untuk aplikasi atau kontes robot cerdas. Kelebihan sensor ini adalah hanya membutuhkan 1 sinyal ( SIG ) selain jalur 5 v dan ground.
Sensor PING mendeteksi jarak objek dengan cara memancarkan gelombang ultrasonik ( 40 KHz ) selama t = 200 us kemudian mendeteksi pantulannya. Sensor PING memancarkan gelombang ultrasonik sesuai dengan kontrol dari mikrokontroller pengendali ( pulsa trigger dengan tout min 2 us ).
Spesifikasi sensor ultrasonik PING:
a.       Kisaran pengukuran 3 cm – 3 m
b.      Input trigger – positive TTL pulse, 2 us min, 5 us tipikal
c.       Echo hold off 750 us dari of trigger pulse
d.      Delay before next measurement 200 us
e.       Brust indikator LED menampilkan aktivitas sensor

Gelombang ini melalui udara dengan kecepatan 344 m/s kemudian mengenai obyek dan memantul kembali ke sensor. Ping mengeluarkan pulsa output high pada pin SIG setelah memancarkan gelombang ultrasonik dan setelah gelombang pantulan terdeteksi Ping akan membuat output low pada pin SIG. Lebar pulsa High (tIN) akan sesuai dengan lama waktu tempuh gelombang ultrasonik untuk 2x jarak ukur dengan obyek. Maka jarak yang diukur ialah [(tIN s x 344 m/s) : 2] meter.
Sistem minimal mikrokontroller ATMega 8535 dan software basic stamp Editor diperlukan untuk memprogram mikrokontroller dan mencoba sensor ini. Keluaran dari pin SIG ini yang dihubungkan ke salah satu port di kit mikrokontroller. Berikut contoh aplikasi sensor PING pada mikrokontroler BS2, dimana pin SIG terhubung ke pa pin7, dan memberikan catu daya 5V dan ground. fungsi SIGOUT untukmentrigger ping, sedangkan fungsi SIGIN digunakan untuk mengukur pulsa yang sesuai dengan jarak dari objek target.
Sensor ultrasonic ping akan bekerja jika mendapat suplay tegangan sebesar 5 V DC. dimana tegangan 5 V DC dihubungkan dengan konektor Vcc dan ground pada sensor. Untuk konektor SIG dapat dihubungkan dengan mikrokontroler. Konektor SIG adalah sebagai control sensor ini dalam pendeteksian objek sekaligus pembacaan jarak objek dengan sensor ini. progamer dapat mensetting sensor ini dengan jarak yang telah ditentukan sesuai dengan ring deteksi dari sensor ultrasonic ping ini sesuai dengan kebutuhan penggunaan dari sensor tersebut. Ketika sensor disetting jaraknya maka dengan jarak yang telah ditentukanlah sensor akan bekerja dalam pendeteksian objek. Kisaran jarak yang dapat di baca sensor ultrasonic ping ini adalah 3 cm sampai 3 m.
B.     Sensor Jarak Ultrasonik Devantech SRF04
Sensor jarak merupakan sensor yang wajib ada pada robot terkini. Devantech SRF04 adalah salah satu sensor jarak yang paling banyak digunakan pada kontes robot di indonesia selain ping Devantech. SRF04 ultrasonik range finder memberikan informasi jarak dari kisaran 3 cm – 3 m. Harga sensor ini tidak lebih dari Rp 360.000,00. Anda juga dapat membeli SRF05 yang harganya lebih murah dibandingkan SRF04 dengan kualitas yang tidak jauh berbeda.
Kit ini sangat mudah untuk dirangkai dan membutuhkan sumber daya yang kecil sekali, yang sangat ideal untuk aplikasi mobil robot pencari jarak ini bekerja dengan cara memancarkan pulsa suara dengan kecepatan suara ( 0,9 ft/milidetik )

1.3.  Prinsip kerja Sensor Ultrasonik
Pada sensor ultrasonik, gelombang ultrasonik dibangkitkan melalui sebuah alat yang disebut dengan piezoelektrik dengan frekuensi tertentu. Piezoelektrik ini akan menghasilkan gelombang ultrasonik (umumnya berfrekuensi 40kHz) ketika sebuah osilator diterapkan pada benda tersebut. Secara umum, alat ini akan menembakkan gelombang ultrasonik menuju suatu area atau suatu target. Setelah gelombang menyentuh permukaan target, maka target akan memantulkan kembali gelombang tersebut. Gelombang pantulan dari target akan ditangkap oleh sensor, kemudian sensor menghitung selisih antara waktu pengiriman gelombang dan waktu gelombang pantul diterima.
  1. Sinyal dipancarkan oleh pemancar ultrasonik. Sinyal tersebut berfrekuensi diatas 20kHz, biasanya yang digunakan untuk mengukur jarak benda adalah 40kHz. Sinyal tersebut di bangkitkan oleh rangkaian pemancar ultrasonik.
  2. Sinyal yang dipancarkan tersebut kemudian akan merambat sebagai sinyal / gelombang bunyi dengan kecepatan bunyi yang berkisar 340 m/s. Sinyal tersebut kemudian akan dipantulkan dan akan diterima kembali oleh bagian penerima Ultrasonik.
  3. Setelah sinyal tersebut sampai di penerima ultrasonik, kemudian sinyal tersebut akan diproses untuk menghitung jaraknya. Jarak dihitung berdasarkan rumus :
S = 340.t/2
dimana S adalah jarak antara sensor ultrasonik dengan bidang pantul, dan t adalah selisih waktu antara pemancaran gelombang ultrasonik sampai diterima kembali oleh bagian penerima ultrasonik.



Untuk lebih jelas tentang sensor ultra sonik dapat dilihat pada gambar berikut :

Besar amplitudo sinyal elekrik yang dihasilkan unit sensor penerima tergantung dari jauh dekatnya objek yang dideteksi serta kualitas dari sensor pemancar dan sensor penerima. Proses sensing yang dilakukan pada sensor ini menggunakan metode pantulan untuk menghitung jarak antara sensor dengan obyek sasaran. Jarak antara sensor tersebut dihitung dengan cara mengalikan setengah waktu yang digunakan oleh sinyal ultrasonik dalam perjalanannya dari rangkaian Tx sampai diterima oleh rangkaian Rx, dengan kecepatan rambat dari sinyal ultrasonik tersebut pada media rambat yang digunakannya, yaitu udara.

1.4.  Aplikasi Sensor Ultrasonik
Dalam bidang kesehatan, gelombang ultrasonik bisa digunakan untuk melihat organ-organ dalam tubuh manusia seperti untuk mendeteksi tumor, liver, otak dan menghancurkan batu ginjal. Gelombang ultrasonik juga dimanfaatkan pada alat USG (ultrasonografi) yang biasa digunakan oleh dokter kandungan.
Dalam bidang industri, gelombang ultrasonik digunakan untuk mendeteksi keretakan pada logam, meratakan campuran besi dan timah, meratakan campuran susu agar homogen, mensterilkan makanan yang diawetkan dalam kaleng, dan membersihkan benda benda yang sangat halus. Gelombang ultrasonik juga bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan mineral maupun minyak bumi yang tersimpan di dalam perut bumi.
Dalam bidang pertahanan, gelombang ultrasonik digunakan sebagai radar atau navigasi, di darat maupun di dalam air. Gelombang ultrasonik digunakan oleh kapal pemburu untuk mengetahui keberadaan kapal selam, dipasang pada kapal selam untuk mengetahui keberadaan kapal yang berada di atas permukaan air, mengukur kedalaman palung laut, mendeteksi ranjau, dan menentukan puosisi sekelompok ikan.

Contoh aplikasi sensor ultrasonik : Aplikasi  Gelombang Ultrasonik untuk Membunuh Nyamuk Demam Berdarah.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar mengenai nyamuk demam berdarah yang dapat mematikan manusia. Disini kita akan membahas mengenai pemanfaatan gelombang ultrasonic yang dapat membunuh nyamuk penyebab demam berdarah tersebut. Pancaran gelombang ultrasonik yang mengenai nyamuk akan mengakibatkan terganggunya antena pada nyamuk yang berfungsi sebagai indera penerima rangsangan, sehingga nyamuk akan merasa tidak nyaman dan terganggu keseimbangannya yang nantinya bisa menyebabkan nyamuk tersebut mati.
Berdasarkan pnlitian yang dilakukkan pakar entomologi dari FKH IPB, Dr Upik Kesumawati Hadi, MS, teruji bahwa ultrasonic dapat membunuh nyamuk. Dalam penelitian ini menggunakan nyamuk Aedes aegypti yang berusia 3 sampai 5 hari, karena pada usia tersebut nyamuk sudah memiliki metabolisme yang optimal. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan persentase nyamuk Aedes aegypti yang mati akibat terkena gelombang ultrasonik 30 kHz sampai 100 kHz selama 24 jam mencapai 74 persen. Dan pancaran gelombang ultrasonik ini bisa mencapai 5 meter.
Dalam penelitian ini juga diuji apakah ultrasonik tersebut bisa berdampak negatif terhadap manusia atau tidak dengan melakukan pengujian biomedis. Pengujian ini menggunakan hewan percobaan monyet berekor panjang (Macaca fascicularis) yang secara filogenik dan fisiologis memiliki kemiripan relatif dengan manusia. Parameter yang diuji adalah perilakunya, hematologi, kimia darah, fungsi jantung dan metabolismenya.
Ternyata tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara monyet yang terkena gelombang ultrasonik dengan monyet yang digunakan sebagai kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa gelombang tersebut tidak berbahaya sehingga tidak menggangu sistem tubuh seperti darah atau jantung, sedangkan sensitifitas frekuensi suara yang bisa ditangkap manusia adalah 20 Hz sampai 20 kHz


BAB III
PENUTUP

2.1.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat  ditarik dari pembahasan diatas adalah :
1.        Sebuah Sensor ultrasonik adalah sensor yang bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara dan digunakan untuk mendeteksi keberadaan suatu objek tertentu di depannya, frekuensi kerjanya pada daerah diatas gelombang suara dari 40 KHz hingga 400 KHz.
2.        Sensor ultrasonic bekerja dengan cara memantulkan sinyal berfrekuensi diatas 20 khz yang kemudian akan merambat sebagai sinyal / gelombang bunyi dengan kecepatan berkisar 340 m/s. kemudian akan dipantulkan dan akan diterima kembali oleh bagian penerima ultrasonic. Dan akan diproses untuk menentukan jarak dengan rumus S = 340.t/2
3.        Sensor Defantech SRF-04 bekerja dengan cara memancarkan sinyal ultrasonik sesaat dan menghasilkan pulsa output yang sesuai dengan waktu pantul sinyal ultrasonik sesaat  kembali menuju sensor.

2.2.  Saran
Saran yang dapat kami sampaikan adalah agar dalam semua pembaca dapat menjadikan makalah ini sebagai acuan untuk penambahan wawasan ilmu di bidangnya. Untuk itu, kami sangat mengharapkan adanya pengembangan atas pembuatan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA

Supiyanto. 2006 . Fisika untuk SMA / MA kelas XII . Jakarta : PT Phibeta Aneka Gama

Purwanto, Budi. 2009. Fisika SMA Jilid 3Teori dan Implementasinya . Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri




Coprights @ 2016, Blogger Templates Designed By Andi Hermawan|